Begin Journey

Touch to Start

Restrukturisasi Mesin dan industri tekstil kembali menjadi sorotan dalam ajang Bali Fashion Network, yang tahun ini menghadirkan inspirasi dan kolaborasi nyata antara pemerintah, pelaku industri, serta penggiat fashion tanah air. Dalam gelaran tahun keempatnya ini, hadir Ir. Reni Yanita, M.Si, selaku Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, yang membawakan materi bertema “Restrukturisasi Mesin dan Peralatan untuk Meningkatkan Daya Saing Industri Tekstil, Garmen, dan Fashion Nasional.”

Acara ini turut dihadiri oleh pejabat tinggi pratama di lingkungan Dirjen IKMA, Direktur IKMA Sandang dan Kerajinan, Kepala Dinas Perindustrian Provinsi Bali, serta Kepala Balai Pemberdayaan Industri Fashion dan Kriya (BPIFK). Kolaborasi lintas lembaga ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam memperkuat ekosistem fashion, garmen, dan industri tekstil, terutama bagi pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang menjadi tulang punggung sektor kreatif nasional.

Membangun Ekosistem yang Lebih Kuat

Dalam sambutannya, Ir. Reni Yanita mengapresiasi keberlanjutan penyelenggaraan Bali Fashion Network sebagai kegiatan tahunan yang konsisten mempertemukan berbagai pihak dalam industri fashion, garmen, dan tekstil. Menurutnya, ajang seperti ini berperan penting untuk memperkuat sinergi antara pemerintah, pengusaha, desainer, dan penyedia bahan baku seperti Paramatex, yang telah menjadi mitra strategis dalam mendukung kebutuhan tekstil dan pengembangan inovasi bahan ramah lingkungan. 

“Harapannya, keberadaan Balai Pemberdayaan Industri Fashion dan Kriya semakin kokoh menjadi bagian dari ekosistem fashion dan garmen yang berkelanjutan. Apalagi bahan baku sudah banyak didukung oleh pelaku lokal seperti Paramatex,” ujar Reni. 

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa ketika ada inovasi atau kebutuhan khusus dari para pengusaha IKM terkait pengembangan produk fashion dan garmen, sinergi dengan mitra industri seperti Paramatex dapat membantu mewujudkannya melalui kegiatan operasional dan riset bahan. 

Kontribusi Industri Tekstil terhadap Perekonomian Nasional 

Restrukturisasi Mesin

Reni juga menyoroti pentingnya sektor industri tekstil dan garmen dalam perekonomian nasional. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, hingga triwulan II tahun 2025, kontribusi sektor Industri Pengolahan Nonmigas terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai 16,92%, tumbuh 5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 
Sementara itu, industri tekstil dan pakaian jadi (garmen) mencatat pertumbuhan 4,64%, menandakan sektor ini tetap produktif dan adaptif di tengah dinamika ekonomi global. 

“Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa industri tekstil nasional mampu bertahan dan terus berinovasi. Melalui kegiatan seperti Bali Fashion Network, kami berharap sektor fashion, garmen, dan turunannya mampu menjaga momentum pertumbuhan ini. Indonesia memiliki pasar yang besar dan SDM yang kompeten,” ungkapnya. 

Selain kontribusi terhadap PDB, nilai ekspor industri tekstil dan garmen juga meningkat menjadi 196,54 miliar USD, naik 5,33% dibanding tahun lalu. Ekspor produk tekstil dan pakaian jadi sendiri meningkat 2,43%, menunjukkan daya saing produk Indonesia di pasar global masih tinggi meski dihadapkan dengan kebijakan tarif dari beberapa negara tujuan ekspor. 

Restrukturisasi Mesin dan Peralatan Industri Tekstil dan Garmen 

Salah satu poin utama dalam materi yang dibawakan Ir. Reni adalah program restrukturisasi mesin dan peralatan industri tekstil serta garmen yang diinisiasi Kementerian Perindustrian. 
Program ini bertujuan membantu pelaku IKM dalam meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing melalui modernisasi peralatan produksi. 

“Melalui program ini, pemerintah memberikan cashback atau reimburse sebagian dari harga pembelian mesin dan peralatan. Untuk produk dalam negeri, penggantian diberikan hingga 40%, sedangkan untuk produk impor maksimal 25%,” jelasnya. 

Restrukturisasi Mesin

Program restrukturisasi ini diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 9 Tahun 2022 tentang Pemberian Fasilitas Bantuan Mesin dan Peralatan. 
Bantuan yang diberikan berkisar antara Rp10 juta hingga Rp500 juta, tergantung dari kapasitas dan kebutuhan IKM, dengan batas maksimal tiga kali pemanfaatan bagi satu pelaku usaha yang sama. 

Reni menekankan bahwa pembatasan tersebut dilakukan agar seluruh IKM di berbagai daerah memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan fasilitas tersebut. 
“Tujuannya agar semua IKM, termasuk di sektor garmen dan tekstil, bisa merasakan manfaat program ini, bukan hanya pelaku yang sudah maju saja,” tambahnya. 

Syarat dan Tata Cara Pengajuan 

Untuk mengikuti program restrukturisasi ini, pelaku IKM wajib memiliki izin usaha sesuai KBLI di bawah binaan Ditjen IKMA dan memiliki tenaga kerja maksimal 99 orang. Selain itu, pembelian mesin atau peralatan harus baru, dengan usia produksi maksimal tiga tahun, dan dibuktikan dengan dokumen resmi seperti invoice, bukti transfer, atau nota pembelian sah. 

Waktu kedatangan mesin juga menjadi faktor penting: hanya pembelian dan pengiriman mesin antara 1 Agustus 2024 hingga 31 Agustus 2025 yang dapat diajukan dalam periode program ini. 
Semua proses pendaftaran dilakukan melalui sistem digital SIINAS (Sistem Informasi Industri Nasional)

“Pastikan setiap pelaku IKM memiliki akun SIINAS agar proses pengajuan berjalan lancar. Semua tahapan sudah tersedia mulai dari form permohonan, daftar mesin, hingga verifikasi akhir,” jelas Reni. 

Program ini dibuka hingga akhir November 2025, dan diharapkan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh para pelaku industri fashion, garmen, dan tekstil di seluruh Indonesia. 

Peran Strategis BPIFK Bali 

Restrukturisasi Mesin

Selain sosialisasi program restrukturisasi, Reni juga menyoroti peran penting Balai Pemberdayaan Industri Fashion dan Kriya (BPIFK) di Bali. 
Menurutnya, BPIFK memiliki tiga peran utama yang disebut “3C”: 

Create — menjadi creative hub untuk pelatihan dan pengembangan keterampilan teknis serta kreatif. 
Connect — menjembatani kolaborasi antara pelaku IKM, desainer, produsen, dan penyedia bahan baku di sektor garmen dan tekstil
Catalyst — berfungsi sebagai akselerator bagi pertumbuhan bisnis fashion dan garmen agar dapat naik kelas dan berdaya saing global. 

Menatap Masa Depan Fashion dan Industri Tekstil Indonesia 

Restrukturisasi Mesin

Melalui berbagai kebijakan dan program pendukung seperti restrukturisasi mesin, pembinaan balai kreatif, hingga kolaborasi dengan sektor swasta seperti Paramatex, Kementerian Perindustrian menegaskan komitmennya dalam memperkuat fondasi industri fashion, garmen, dan tekstil nasional

Sebagai penutup, Reni menekankan bahwa industri garmen dan tekstil tidak hanya berbicara tentang estetika, tetapi juga efisiensi, inovasi, dan keberlanjutan. 
“Kita ingin memastikan seluruh pelaku industri kecil dan menengah terus tumbuh, berinovasi, dan menjadi bagian dari rantai pasok global dengan ciri khas dan kualitas Indonesia.” 

© 2025 Paramatex
Get Your Luck Here! Button Arrow
    0
    Your Cart
    Your cart is emptyReturn to Shop